Ketika Corona meradang kembali di Jawa Timur khususnya di kota Surabaya tempat saya berdomisili rupanya sedikit membuat ketar ketir. Apalagi dulunya daerah tempat tinggal kami sekitar bulan Mei dan Juni 2020 sempat dinyatakan zona merah walau berangsur membaik.
Tapi yah kembali lagi kita harus pasrah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sembari berikhtiar semaksimal mungkin dengan memakai masker dan yang terpenting menjaga jarak ya gaes. Kalau minum vitamin sih setiap hari seisi rumah saya selalu menyediakan bahkan ibu yang sudah lansia pun saya paksa minum.
Saya pun saat ini sangat berhati-hati datang ke tempat-tempat yang bisa mengundang keramaian. Ketika saya harus berbelanja barang dagangan ke toko grosir maka akan saya lihat timing dimana toko tersebut sepi dari pengunjung. Dan it works! Bayar ke kasir lancar dan tak perlu antri sementara saya pun tak perlu berlama-lama berada di keramaian.
Kenapa Sih Corona Bisa Meradang Kembali ?
Bisa jadi era new normal menyebabkan beberapa orang merasa aman asal sudah mematuhi protokol kesehatan. Walaupun belum tentu juga. Terbukti kegiatan bandara serta objek vital lainnya sudah normal kembali.
Intinya masyarakat dihimbau untuk selalu menerapkan social distancing. Dan ketika bepergian menggunakan pesawat terbang harus menyertakan hasil dari Rapid Test.
Ada beberapa hal yang menurut saya virus corona memakan korban kembali, di antaranya :
- Kesadaran masyarakat mulai menurun karena merasa sudah aman dari virus.
Hal ini saya amati ketika banyak orang menggunakan masker sudah tidak sesuai prosedurnya seperti diletakkan di dagu atau hanya sebatas menutupi mulut. Selain itu pula banyak sekali aktivitas masyarakat yang mengabaikan protokol kesehatan salah satunya demonstrasi ketika menolak Omnibus Law di Surabaya.
- Kejenuhan masyarakat yang semakin memuncak
Kita tahu akibat PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) banyak orang merasa stress terkungkung di rumah tidak bisa melakukan aktivitas di luar. Sehingga pada saat New Normal masyarakat berbondong-bondong ke tempat hiburan demi melepaskan kejenuhan yang melanda selama ini.
Bagaimana Dengan Jawa Timur
Bulan November 2020 Jawa Timur sendiri mencatat rekor kasus baru COVID-19 menembus 4.007 jiwa (sumber liputan6.com).
Memang benar Jawa Timur bukan melulu kota Surabaya. Setidaknya ada 38 kota yang tersebar di propinsi Jawa Timur dan Surabaya merupakan salah satunya. Akan tetapi Surabaya merupakan ibukota Jawa Timur dimana merupakan tempat transit berbagai macam individu yang kita tidak ketahui latar belakangnya.
Ada bandara udara Juanda, stasiun Gubeng dan Pasar Turi, terminal Purabaya serta pelabuhan Tanjung Perak sebagai sarana transportasi manusia dan barang yang memungkinan penyebaran virus terjadi.
Saya tertarik ketika membahas bagaimana suatu tempat harus melakukan lockdown akibat pendemi yang semakin meluas. Tentunya tidak mudah bagi suatu negara maupun kota melakukan lockdown. Ada banyak yang harus dipertimbangkan seperti pemenuhan nafkah bagi keluarga yang tidak bekerja.
Di Surabaya sendiri mantan walikota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini menolak untuk memberlakukan Lockdown dikarenakan kuatir ekonomi masyarakat Surabaya akan kolaps khususnya yang bekerja di sektor harian lepas (sumber : cnnindonesia.com)
Ketika Tahun 2020 Akan Berakhir
Saya senang sekali ketika di seluruh kota mewajibkan jam malam untuk warga masyarakatnya dan tidak ada acara keramaian seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Artinya kita bisa bernafas lega donk ya akan ancaman virus yang tak kasat mata.
Lalu pada tanggal 31 Desember 2020 saya dan suami keluar rumah sebentar karena ada keperluan. Biasalah, kami harus berbelanja beberapa barang dagangan mulai menipis. Kami melewati toserba atau toko serba ada yang di dalamnya juga menjual minuman keras. Betapa terkejutnya saya ketika menyaksikan banyak antrian mobil dan di dalam nampak pengunjung antri di kasir.
Ini hanya asumsi saya saja dan semoga saya salah. Namun perkiraan saya, pengunjung yang datang mungkin membeli minuman keras untuk merayakan pergantian tahun. Tepat di seberang toserba itu juga ada toserba lain yang lebih lengkap isinya namun kenapa tidak seramai toserba tersebut. Ah semoga saja saya salah menafsirkan.
Sebenarnya itu hak mereka mau merayakan pergantian malan tahun baru yang seperti apa. Namun jika ada kata merayakan artinya tentu berkumpul banyak orang walau kita tidak tahu mereka berkumpul dimana. Saya hanya berharap perkumpulan orang yang melewati malam tahun baru itu tidak mengundang virus untuk datang.
Saya membayangkan ketika sudah berusaha semaksimal mungkin mencegah penyebaran COVID-19 namun di sekeliling kita tidak aware maka seperti menyiram tanaman ketika hujan saja alias sia-sia.
Posting Komentar untuk "Ketika Corona Meradang Kembali"