Sejak akhir tahun 2019, dunia
digemparkan dengan wabah penyakit yang dinamakan Covid-19 yang pengaruhnya
sangat besar bagi perkembangan negara-negara di dunia. Dampak yang ditimbulkan
bukan hanya dari segi kesehatan, tetapi juga dari segi ekonomi dan
ketenagakerjaan.Menurut survei yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Badan Litbang Ketenagakerjaan Kementerian Ketenagakerjaan dan
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia selama
periode 24 April sampai 2 Mei 2020 terhadap penduduk usia 15 tahun keatas,
dengan jumlah responden yang terjaring sebanyak 2.160 responden yang tersebar
di 34 provinsi di Indonesia, dapat diprediksi 10 juta pengusaha mandiri.COVID-19 juga telah menimbulkan ketidakpastian dan
perlambatan ekonomi bagi dunia usaha sehingga berujung pada PHK, perumahan
karyawan maupun penyerapan tenaga kerja. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
Bank Indonesia pada Q2 2020 mengonfirmasi hal ini. Indikator Saldo Bersih Tertimbang
(SBT) kegiatan usaha pada Q2 2020 tumbuh minus 35,75% lebih buruk dari Q1 2020
yang minus 5,56%. Artinya kegiatan usaha jauh berkurang. COVID-19 terbukti
menghambat kegiatan produksi dan memukul permintaan. SBT tenaga kerja tumbuh
minus 22,35% di Q2 2020 memburuk dari Q1 2020 minus 1,13%. Pemburukan ini
berarti ada pengurangan penggunaan tenaga kerja oleh pelaku usaha. Sejalan
dengan itu, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencatat
jumlah pengangguran sudah bertambah sekitar 3,7 juta orang selama pandemi. Data
BPS per Februari 2020 mencatat jumlah pengangguran sudah mencapai 6,88 juta
orang. Dengan tambahan 3,7 juta itu, maka jumlah penganggur diperkirakan
mencapai 10,58 juta orang. Kondisi ini sama buruknya pada angka pengangguran
2007 yang juga mencapai 10 juta orang dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
9,1%. Belum lagi jika memperhitungkan pekerja informal dan mandiri. Persaingan
antara pencari kerja juga tidak bisa dipungkiri semakin menjadi-jadi. Selain
menghadapi limpahan tenaga kerja dari pengangguran, Kemnaker mencatat tiap
tahunnya ada 2 juta tenaga kerja baru yang perlu diakomodir. Wakil Ketua Umum
bidang ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia Bob Azam mengatakan sekitar
80% pelaku usaha terdampak COVID-19 dan dari jumlah itu mengalami gangguan
hingga 40-50% bisnisnya. Salah satu dampaknya, kata Bob, adalah mereka
menghentikan perekrutan tenaga kerja. Kalau pun hari ini ada lowongan, ia
bilang itu sebatas mengisi kekosongan saja. Misalnya akibat perusahaan yang kebablasan
mem-PHK sehingga kekurangan tenaga kerja, regenerasi mereka yang pensiun, atau
pekerjaan tersebut tergolong langka pasar tenaga kerjanya.Pandemi
berimbas pada nasib jutaan pekerja yang dirumahkan dan di-PHK. Berdasarkan data
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) per 27 Mei 2020, sebanyak 3.066.567
pekerja terdampak Covid-19 di-PHK maupun dirumahkan. Sedangkan menurut catatan
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, hingga Juli 2020 ada lebih dari
6,4 juta pekerja yang di-PHK ataupun dirumahkan.
Mencari Kerja Di Saat Pandemi
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sebelum
pandemi, tepatnya pada Februari 2020 penduduk bekerja menurut lapangan
pekerjaan masih didominasi tiga lapangan kerja, yakni pertanian sebesar 29,04%,
perdanganan sebesar 18,63%, dan industri pengolahan sebesar 14,09%. Sementara
itu, lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase, jika
dibandingkan dengan Februari 2019, yakni jasa pendidikan meningkat 0,24%,
konstruksi meningkat 0,19%, dan jasa kesehatan meningkat 0,13%.
BPS pun mencatat, pada Februari 2020
tingkat pengangguran terbuka (TPT) sekolah menengah kejuruan (SMK) paling
tinggi dibandingkan tingkat pendidikan lainnya, yakni 8,49%. Sementara TPT
terendah adalah jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) ke bawah, yakni 2,64%.
Di sisi lain, BPS yang melakukan
analisis big data ketenagakerjaan
selama Januari hingga April 2020 menemukan fakta bahwa jumlah iklan lowongan
kerja di semua sektor bisnis mengalami penurunan. Jobs.id menjadi situs web
pencarian lowongan kerja yang digunakan sebagai objek riset.
Pada April 2020, jumlah iklan lowongan
kerja di situs web tersebut menyusut menjadi 3.439 dibandingkan pada Maret 2020
sebanyak 11.090. Sementara jumlah perusahaan yang memasang iklan lowongan kerja
turun sebesar 50%, dari yang pada Maret 2020 ada 502 perusahaan menjadi 235
perusahaan pada April 2020.
Menurut Brand Activation Associate
Manager Kalibrr—Andrew Nugraha Patty, masih ada kesempatan mendapat pekerjaan
di tengah masa pandemi. Andrew membeberkan, dari Maret hingga Juni 2020 peluang
bekerja di bidang penjualan dan pemasaran (sales and marketing)
paling besar, mencapai 50,5%. Rinciannya, sebanyak 0,35% internship, 32,49% entry level,
65,14% associate, 1,98% mid senior dan
0,07% director.
Ia menyebut, peluang lowongan pekerjaan
di bidang IT dan software mencapai
13,4%, dengan rincian 2,92% internship,
37,92% entry level, 39,01% associate,
19,82% mid senior, dan 0,33% director.
Lalu, posisi berikutnya bidang pelayanan
umum (general services) sebesar 11,5%, dengan rincian
32,44% internship, 66,56% entry level,
0,78% associate, 0,19% mid senior, dan
0,03% director. Andrew mengatakan, secara keseluruhan
lowongan kerja yang dibuka untuk lulusan baru mencapai 54,2%.
Posisi program officer development paling banyak dicari calon
pekerja. Diikuti account officer, business analyst, social media officer,
dan banking officer.
Menurut Andrew, berdasarkan riset
internal Kalibrr, sebesar 73% lowongan pekerjaan masih terpusat di Jakarta.
Selanjutnya di Banten 6%, Jawa Timur 4%, Jawa Barat 3%, Jawa Tengah 2%, dan
daerah lainnya 12%.
Terkait jenjang pendidikan, Andrew
menuturkan, sebesar 91% iklan lowongan pekerjaan yang tersedia di situs webnya
menjadikan strata satu (S1) sebagai syarat utama. Berikutnya, diploma tiga
(DIII) sebesar 5%, lulusan sekolah menengah atas (SMA) 4%, serta S2 dan S3 1%.
Perusahaan skala startup dengan jumlah karyawan 0-30, kata Andrew,
sebesar 15% merupakan lulusan S1 dan 27% lulusan SMA. Perusahaan small to medium-sized enterprises (SMEs) dengan
31-1.000 karyawan, kebutuhan menjadikan S1 sebagai syarat utama mencapai 57%,
SMA 50%, dan diploma 67%. Sementara perusahaan enterprise dengan
jumlah lebih dari 1.000 karyawan terdapat 28% yang menjadikan S1 sebagai syarat
utama, 39% S2, 100% S3, 24% diploma, dan 23% SMA.
Pencari kerja mayoritas berasal dari
Jakarta dengan jumlah 33%, lalu Jawa Barat 24%, Banten 10%, Jawa Timur 9%, dan
Jawa Tengah 6%. Pekerja muda dan lulusan baru, kata Andrew, juga mendominasi
pemakai situs web Kalibrr sebesar 41%. Lalu, magang 26%, mid-senior level manager 11%, dan director 1%.
Secara umum, sebanyak 77% pengguna
Kalibrr didominasi pencari kerja dengan tingkat pendidikan S1. Diikuti lulusan
SMA/SMK dan diploma, masing-masing 10%.
Secara umum, pekerjaan itu ibarat jodoh. Kita tidak pernah tahu kapan, di mana dan seperti apa pekerjaan yang akan kita geluti di kemudian hari. Bukan rahasia lagi jika banyak sarjana yang setelah lulus kuliah malah bekerja bukan di bidang keilmuan yang ia pelajari. Misalnya ada sarjana pertanian yang bekerja di bank, atau ada pula sarjana teknik yang malah bekerja pada bidang personalia.
Idealnya memang kita bekerja berdasarkan dari bidang
keilmuan yang dipelajari, akan tetapi realita di lapangan ternyata lowongan
kerja yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah lamaran yang masuk. Sehingga
dalam hal ini terjadi surplus tenaga kerja, yang pada akhirnya banyak calon pekerja
yang tidak terserap di bidang keilmuan yang ia pelajari. Oleh sebab itu mereka
terpaksa mencari pekerjaan lain di luar bidang keilmuan yang dimiliki.
Badan Pusat Statistik mencatat Tingkat Terbuka
(TPT) per Februari 2019 ada di angka 5,01 persen dari tingkat partisipasi
angkatan kerja Indonesia, jadi dalam hal ini ada sekitar 6,82 juta orang
pengangguran di Indonesia. Pantas saja setiap ada Job Fair atau bursa kerja,
peminatnya pasti membludak dari tahun ke tahun.
Upaya pemerintah dalam rangka menekan tingkat
pengangguran memang telah dilakukan dengan berbagai macam cara, mulai dari
mengadakan pelatihan bagi para lulusan sekolah, meningkatkan kualitas
pendidikan hingga memberikan informasi mengenai lowongan kerja di luar negeri.
Namun sampai ini ternyata masalah pengangguran belumlah terselesaikan
sepenuhnya.
Kenapa perusahaan begitu sulit untuk mendapatkan
tenaga kerja? Salah satu faktor utamanya adalah dari lowongan kerja yang
dibutuhkan, para pelamar tersebut berasal dari bidang keilmuan yang lain. Misalnya
kami membutuhkan staf akunting, yang melamar sarjana ilmu manajemen ekonomi dan
ilmu hukum. Selain itu ada pula yang meminta gaji tinggi padahal masih fresh
graduate yang skillnya belum terbukti dan teruji.
Hal lain yang menjadi masalah utama adalah, banyak
pekerja yang telah diterima bekerja tidak menunjukkan disiplin yang baik, malas
serta tidak jujur. Meraka inilah sebenarnya merupakan salah satu penyakit di
dalam organisasi perusahaan yang kalau tidak segera diobati, bisa menular
kepada pekerja lainnya. Belum lagi menghadapi tipe pekerja kutu loncat, yang
sebentar-sebentar keluar dari perusahaan untuk berpindah ke perusahaan yang
lebih besar lagi.
Jadi, sebenarnya yang namanya masalah ternyata akan
selalu ada di manapun kita berada. Hanya bentuknya saja yang berbeda. Bagi
pencari kerja, masalahnya adalah berbagai bentuk penolakan dari perusahaan yang
kita lamar. Bagi perusahaan adalah sulitnya mencari pekerja yang tepat di
posisi yang lowong.
Bagi para pelamar sebaiknya melamar pada bidang keilmuan
yang dimiliki, dan apabila telah diterima bekerja tunjukkanlah dedikasi yang
baik, ulet, tekun, jujur, disiplin, rajin dan pantang menyerah, sehingga bisa
diandalkan oleh atasan dan menjadi penggerak roda organisasi perusahaan.
Baca Juga : Bertahan Hidup Di Tengah Pandemi
Bagi perusahaan, berilah gaji yang sesuai dan pantas,
sehingga penghasilan yang didapat oleh pekerja tidak hanya cukup untuk
membiayai kebutuhan hidup, akan tetapi ada kelebihan sehingga bisa ditabung.
Selain itu, sediakanlah jenjang karir yang jelas, sehingga para pekerja bersemangat
memperbaiki kualitas hasil pekerjaan, karena merasa yakin hidupnya akan lebih
baik di masa depan bila bergabung dengan perusahaan.
Salah satu situs pencari lowongan kerja yang bisa dibuka
saat ini juga adalah Jooble.Jooble hadir sebagai solusi, membantu Anda
mendapatkan pekerjaan dengan mudah dan cepat.
Jooble – situs penelusuran lowongan kerja. Kini telah berusia 13 tahun, Jooble tersedia di 71 negara dengan 24 bahasa. Di Jooble pengguna dapat menemukan lowongan kerja yang ada di dunia termasuk Indonesia.
Jooble merupakan mesin telurus, sama halnya dengan
Google atau Yandex namun berorientasi khusus pada pencarian lowongan kerja. Jooble
tidak menyimpan semua informasi di dalam basis datanya sendiri. Jooble hanya
bisa mencari informasi dan itu adalah hal yang jooble lakukan lebih baik
daripada yang lain.
Pencarian dilakukan di antara semua portal dengan
pekerjaan di Indonesia. Mesin telusur Jooble mencari posting lowongan kerja di
segenap situs lowongan kerja utama di Indonesia.
Jooble menyaring pos yang sama secara otomatis,
sehingga lowongan yang serupa dari berbagai situs kerja diperlihatkan sebagai
satu posting saja. Sambil menelusuri, silahkan perhatikan panel filter yang di
layar kiri. Panel ini akan membantu menyaring hasil yang tidak diperlukan dari
penelusuran lowongan kerja. Pengguna dapat menikmati fitur lengkapnya dari
mulai menentukan lokasi, jenis pekerjaan, gaji dan lain sebagainya.
Di tengah pandemi yang menghadang dengan Jooble,
temukan lowongan kerja yang Anda impikan !!!!
Masa pandemi benar kita harus kreatif dan usaha menerus utk menacri income. Kmrn lumayan ada bantuan yg pke bpjs, tps krg sdh di stop :)
BalasHapussaat ini usaha yg bertahan dr pandemi adlh mereka yg sllu ber inovasi.. jaga kesehatan utk smua..