Saya memiliki banyak kenangan di Slawi khususnya ketika liburan sekolah telah tiba. Karena orang tua saya selalu mengajak saya untuk mudik ke Slawi. Almarhum Bapak pun juga dekat dengan keluarga dari pihak Ibu sehingga tak ada bosannya beliau mengajak kami ke Slawi ketika kecil.
Sepupu saya mengatakan kondisi Bude sudah sangat menurun sehingga hal inilah yang membuat Ibu ingin sekali pergi ke Slawi. Karena saya dan suami tidak tega membiarkan Ibu pergi seorang diri, akhirnya kami antar Ibu ke Slawi sekalian jalan-jalan donk ya. Siapa tahu saja bisa jadi agenda liburan awal tahun. Dan ternyata benar !
Rasanya pergi ke Slawi merupakan liburan pertama dan terakhir kami di 2020. Corona membuat saya dan suami mati gaya. Tapi engga apa-apalah tetap saya syukuri saja apa yang telah kami lalui di 2020.
Mengapa Memilih Liburan Ke Slawi ?
Keinginan kami tak semata-semata ingin jalan-jalan ke Slawi namun ada misi penting yang kami bawa ketika sampai di Slawi. Yaitu menengok kakak tertua Ibu yang sudah berusia 90 tahun lebih.
Ibu saya memiliki 12 bersaudara dan sekarang di tahun 2020 ini di bulan Januari yang tersisa hanya 5 bersaudara termasuk Ibu. Ibu saya kebetulan anak bungsu. Anak bungsunya saja yaitu Ibu berusia 74 tahun, lalu bagaimana dengan bude saya yang nomor satu yang tinggal di Slawi ? Tentu usia 90 tahun wajar juga jika Ibu saya saja sudah 74 tahun.
Sepupu saya mengatakan kondisi Bude sudah sangat menurun sehingga hal inilah yang membuat Ibu ingin sekali pergi ke Slawi. Karena saya dan suami tidak tega membiarkan Ibu pergi seorang diri, akhirnya kami antar Ibu ke Slawi sekalian jalan-jalan donk ya. Siapa tahu saja bisa jadi agenda liburan awal tahun. Dan ternyata benar !
Baiklah saya ingin bercerita sedikit mengenai kedatangan kami ke Slawi. Kota kecil yang pemandangan sosialnya sudah seperti di kota besar saja. Kenapa saya bilang demikian karena ketika kami naik bus kota, di samping kiri kanan penumpang sebagian besar adalah pengamen yang menenteng semacam sound system untuk mereka pakai bekerja.
Miris juga ya, walau kota kecil namun ada saja rakyat yang masih belum sejahtera. Tapi saya rasa itu masalah yang dialami oleh hampir semua kota di Indonesia, entah itu kecil maupun besar.
Di Surabaya saya tidak bisa melihat pantai. Melihat sebenarnya bisa namun tidak bisa mendekat. Nah di Tegal saya bisa menyentuh air di pantai Alam Indah. Berdasarkan google map dan nekat, saya dan suami melancong bagai anak hilang dari Slawi ke Tegal. Lucu sih, karena kota kecil jadi kami ga takut. Lagipula driver taksi onlinenya baik dan ramah kepada kami. Siapa coba yang engga tambah seneng. Dan tips pun keluar donk ya dari dompet kami.
Di Surabaya saya tidak bisa melihat pantai. Melihat sebenarnya bisa namun tidak bisa mendekat. Nah di Tegal saya bisa menyentuh air di pantai Alam Indah. Berdasarkan google map dan nekat, saya dan suami melancong bagai anak hilang dari Slawi ke Tegal. Lucu sih, karena kota kecil jadi kami ga takut. Lagipula driver taksi onlinenya baik dan ramah kepada kami. Siapa coba yang engga tambah seneng. Dan tips pun keluar donk ya dari dompet kami.
Setelah dari pantai, suami ingin merasakan menonton film di bioskop yang ada di Tegal. Baiklah, saya turuti nih keinginan suami. Tahu gak kalau kami langsung menonton di dua bioskop sekaligus. Parah ya! wkwkwkkw.
Bioskop pertama XXI lalu disambung bioskop kedua yaitu CGV. Suami ingin merasakan nonton di bangku yang kayak sofa itu lho gaes. Sebenarnya tidak ada bedanya nonton film di Surabaya taua Tegal. Hanya sugesti kami saja. Dan lucunya pas di CGV yang nonton kurang dari sepuluh orang, wkwkwk. Tapi tak apalah, pengalaman lebih berharga ketimbang gengsi.
Kuliner merupakan hal yang paling saya sukai ketika liburan. Entahlah seakan tidak akan ada habisnya untuk dibahas. Kuliner Slawi menurutku enak-enak dan spicy gitu deh. Beberapa kuliner sama dengan Surabaya jadi kami tidak makan.
Nasi Bogana adalah kuliner terenak menurut saya. Bubur ayam Slawi beda banget dengan bubur ayam di Surabaya. Dua hari berturut-turut saya makan bubur ayam yang ada di depan hotel. Penampakannya seperti yang saya upload di atas.
Namanya juga belum pernah jalan-jalan ke Tegal jadi ya pasti kami akan menemukan pengalaman baru entah itu menyenangkan atau tidak. So far, masyarakat Slawi - Tegal ramah-ramah.
Sate cempe merupakan salah satu kuliner khas di Slawi. Kalian tahu ga cempe itu apa ? Cempe merupakan daging kambing muda. Sate cempe sih sebenernya sate kambing ya gaes, Namun karena dari kambing muda sehingga dinamakan cempe. Kalau sore sampai malam berjejer tuh sate cempe di kaki lima. Kebetulan kami menemukan semacam depot sate kambing gitu deh. Usut punya usut ternyata sate Ibu Narto ini termasuk 5 besar yang ada di Slawi- Tegal.
Demikian cerita singkatku ketika pergi liburan awal tahun. Entah tahun depan masih bisa liburan atau engga. Tapi saya optimis selalu ada jalan untuk bisa refreshing tanpa harus keluar kota. Intinya kami harus selalu bersyukur dalam segala situasi.
Posting Komentar untuk "Pengalaman Liburan Ke Slawi, Jawa Tengah"