Rasanya tidak dapat dipungkiri jika pandemi Covid-19 tidak mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Pastinya ada pengaruh walau itu hanya sedikit. Salah satu contohnya, ibu saya yang walau sudah lanjut usia tetapi masih aktif di beberapa perkumpulan seperti pengajian rutin dua kali dalam sebulan, arisan PKK, arisan lansia serta arisan pensiunan tempat almarhum bapak pernah bekerja. Namun begitu pandemi Covid-19 menyerang negara kita tercinta, otomatis semua kegiatan ibu saya terpaksa ditiadakan.
Sudah hampir dua bulan ibu saya berada di rumah padahal biasanya beliau dalam sebulan ada kurang lebih lima kegiatan di luar rumah. Beruntung sudah ada kemajuan teknologi sehingga Ibu saya dapat mengusir rasa bosannya dengan menonton Youtube di rumah atau chatting via whattsapp dengan teman-teman pengajian beliau. Sesekali kadang saya mengajak Ibu ke supermarket hanya sekadar membeli kebutuhan pokok yang kebetulan habis di rumah. Itupun dengan catatan beliau harus menggunakan masker ketika berada di luar rumah. Sebab orang lanjut usia sangat rentan terserang virus Covid-19 ini.
Lalu bagaimana dengan saya yang notabenenya adalah seorang perempuan pekerja yang setiap hari dari Senin sampai Sabtu harus masuk bekerja. Karena kantor saya merupakan jasa pelayanan, maka saya dan teman-teman tidak ada istilah bekerja dari rumah atau WFH (Work From Home). Kami tetap masuk seperti biasa dengan jam kerja normal. Namun berkali-kali pimpinan perusahaan mengingatkan kami untuk selalu berdoa sesuai kepercayaan masing-masing agar diberi kesehatan dan terhindari dari virus Covid-19. Secara umum, tidak ada perubahan yang berarti pada diri saya namun memang diakui perubahan tetap ada.
Beberapa perubahan yang saya rasakan secara pribadi selama pandemi ini masih ada di bumi pertiwi antara lain :
1. Suasana jalanan menjadi sepi.
Walau hanya terjadi sekitar dua minggu saja namun saya sangat merasakan jalanan sangat lengang sehingga saya dapat menuju kantor lebih cepat dari biasanya. Ada untungnya juga ketika jalanan menjadi sepi yaitu saya tidak sumpek melihat kemacetan di ibukota Jawa Timur ini namun kemanakan semua orang?
Rasanya ikut sesak dada ini menyaksikan sebagian orang terpaksa harus WFH padahal kerja di rumah aja artinya pendapatan pun menyesuaikan.
2. Entah perasaan saya saja, tarif ojek online selama beberapa minggu terakhir mengalami kenaikan.
Saya merupakan pengguna setia ojek online sehingga tahu persis tarifnya setiap hari. Sempat saya kaget dengan tarif ojek online yang naik sekitar tiga ribu rupiah. Kalau dikalkulasikan ongkos transportasi pulang pergi, maka lama-lama terasa berat juga bagiku. Naik angkutan umum rasanya sudah tidak mungkin karena pasti akan lama menunggunya. Akhirnya aku hanya bisa menerima keadaan yang ada sekaligus diniatkan menolong driver ojek online karena orderan sedang sepi di saat pandemi covid-19 ini.
3. Saya sering kesulitan mendapatkan vitamin C
Vitamin C dosis tinggi sempat langka di pasaran padahal itu merupakan kebutuhan wajib untuk saya, suami dan kedua ibu kami. Jika didapat pun harganya sudah sangat tinggi sekali sehingga membuat kami harus berpikir kembali untuk membeli vitamin C. Akhirnya kami menyiasati dengan membeli vitamin merk lain dengan kandungan vitamin C yang lebih sedikit. Namun cara lain adalah kami membeli vitamin secara online yang harganya walau ada kenaikan tapi tidak sedrastis yang dijual di beberapa apotek di kota kami.
Saya harap beberapa perubahan tersebut hanya bersifat temporer atau sementara saja. Jika terus menerus mungkin berat di ongkos juga yah, hehehe. :)
Saya harap beberapa perubahan tersebut hanya bersifat temporer atau sementara saja. Jika terus menerus mungkin berat di ongkos juga yah, hehehe. :)
Sedangkan pengaruh positif yang sangat saya rasakan adalah kebiasaan hidup sehat utamanya berkaitan dengan cuci tangan sebelum makan dengan menggunakan sabun. Biasanya saya hanya cuci tangan ala kadarnya ketika mau makan apalagi kalau di rumah (hehehe, ketahuan banget ya ga higienisnya).
Setiap orang pasti mengalami perubahan dalam hidupnya masing-masing di saat pandemi covid-19 masih ada, entah itu hanya sedikit perubahan maupun drastis. Apapun itu, saya harap kalian tetap bersyukur yah.
Bener banget. Semenjak wabah ini makin menyebar, gue jadi rajin cuci tangan, kemana-mana pakai masker. Menyampatkan Olahraga pagi dan berjemur sebelum beraktivitas. Mudah-mudahan coronanya pergi. Tapi kebiasaan baik ini tetap terjaga
BalasHapusjalanan sepi..kalo mau keluar rumah...ada ras was-was..
BalasHapusKalau di Lampung sih jalanan dan pasar masih rame. Bahkan banyak yang gak pake masker..
BalasHapusYes mba betul sekali. This too shall pass. InsyaAllah Badai pasti berlalu, ada masanya kita berada di bawah ancaman dan ketakutan. Tapi ngga lama kok. Optimis badai ini segera berlalu. Aamiin
BalasHapusSemoga semuanya cepat berlalu yaaa, huhuuu.. seperti sedang dalam perang dengan musuh yang tidak terlihat, harus selalu waspada...
BalasHapusbagus kak tulisannya :)