Bunyi pesan whatssapp di gawai sudah lima menit kuabaikan. Sambil malas-malasan, aku ambil gawai yang sedang di charge.
[Dian, kamu buka deh E500 di Facebook. Ada berita penipuan perumahan yang kamu beli] , begitu pesan singkat dari bosku yang selalu tidak pernah pelit informasi.
Deg! Ya Tuhan ada apa ini ? Kok aku takut ya buka portal berita itu.
[Oke Pak, saya buka sekarang beritanya. Makasih ya Pak sudah infoin ke saya].
Pertemanan Tak Selalu Ada Timbal Balik
Segera aku berpindah menu ke media sosial Facebook. Kucari portal berita yang diinfo bos, begitu kulihat salah satu postingan langsung lemaslah aku.
"Sejumlah pembeli perumahan R menggeruduk kantor pemasaran PT. ABC untuk meminta uang dikembalikan karena proses pembangunan rumah mereka tidak pernah terealisasi", begitu kalimat pembuka di salah satu postingannya.
Ya Tuhan, ternyata benar dugaanku itu bakal calon rumah yang akan aku beli bersama mas Dani suamiku. Duh, gimana ini aku harus cerita ke mas Dani. Aku yang maksa-maksa beli rumah disitu, pikirku tak karuan.
Segera aku buka komen-komen dari para netizen. Aku cari-cari adakah sesama pembeli di perumahan itu. Wah, ternyata banyak juga. Segera aku ikut nimbrung di komen mereka.
[Mbak, gimana ya kalau mau mengajukan pembatalan untuk beli rumah disitu ?] Komenku pada salah satu netizen yang lagi online. Aku tidak mengetahui nama asli dari netizen itu. Yang aku tahu nama samarannya Lolipop di akun Facebooknya.
[Saya sih datang ke kantor pemasarannya, mbak. Kalau mbak mau, datang aja jam 9 pagi. Nanti mbak disuruh isi formulir pembatalan beserta alasannya]. Netizen di seberang sana membalas komenku.
Tak pakai lama aku langsung minta nomor whattsapp si mbak yang sudah mau berbaik hati membalas komen di Facebook.
[Hallo, ini aku Dian yang tadi tanya masalah pembatalan cicilan rumah di Facebook. Salam kenal ya...], bunyi chattingku pada teman baruku itu.
[Maaf kalau boleh tahu nama mbak siapa ya ?], tak lupa aku menanyakan nama si Lolipop itu.
Lama tak ada jawaban, 20 menit kemudian mbak Lolipop menjawab. [Hei, mbak... maaf lama balasnya, namaku Tiwi. Salam kenal juga ya dari sesama pembeli rumah yang kena tipu, hehehe], jawab Tiwi dengan nada bercanda.
Dan sejak saat itu kami menjadi teman. Teman senasib yang menjadi korban penipuan pembelian rumah padahal baru dua tahun cicilan.
Bersambung.
Note : kisah ini hanyalah fiksi belaka, apabila ada kesamaan nama tokoh dan tempat maka hanyalah suatu kebetulan.
Bagi yang sudah mampir maaf jika ceritanya masih belum bagus. Masih belajar.. hehehe
BalasHapusMantep mbak smngat!
BalasHapusKasihan kena tipu
BalasHapusKerenn mba semangaatt^^
BalasHapusWah, semangat mbak..kok jadi penasaran lanjutannya..
BalasHapuswah menarik nih ceritanya hehe
BalasHapusBagus tulisannya ^^
BalasHapusSemangat kak
BalasHapusBagus sekali kakak, ceritanya inspirasi sekali
BalasHapus#semangat
penasaran aku ....
BalasHapus