Kali ini izinkan saya bercerita kembali. Mengenai cita-cita teman kerja saya yang ingin mempunyai perusahaan sendiri. Usaha yang bergerak di bidang ritel yaitu mensuplai kebutuhan peralatan mandi beberapa hotel. Kenapa teman saya ini ingin membuka usaha tersebut karena kebetulan kami memiliki channel dengan staf housekeeping hotel dan kami sempat sharing mengenai hal tersebut.
Maju Mundur Cita-Cita Calon Pengusaha
Awal mendengar keinginan teman saya itu, saya ikut senang. Bagaimana tidak senang, naik level dari karyawan ke pemilik perusahaan merupakan cita-cita semua orang, tak terkecuali saya. Sebut saja nama temanku Tio. Tio merupakan tipe pemuda yang kritis, alias suka bertanya mengenai sekian banyak hal ke orang-orang yang dia kenal bahkan hal tidak penting pun dia tanya, hehehe. Sampai saya pun sering kesal bin jengkel dibuatnya ketika pertanyaan tidak penting meluncur dari bibirnya. Usia Tio masih belia menurutku, yaitu 25 tahun. Tapi tidak sebanding dengan pemikirannya yang sangat dewasa dan punya rencana ke depan yang sangat matang. Btw, Tio masih jomblo lho. Mungkin ada netijen yang ingin dikenalkan ? Hehehe... kidding.
Okelah, kembali ke persoalan Tio yang ingin memiliki usaha sendiri. Hampir setiap hari kami sharing mengenai strategi dan cara membuka usaha sendiri. Yang pasti kita tidak boleh terburu-buru jika ingin merintis usaha. Jika perlu sembari bekerja ikut orang, kita juga sudah mulai membuka usaha sendiri dan menjalankannya setelah selesai jam kerja kita sebagai karyawan kantoran. Lalu jika sudah benar-benar matang, maka aku sarankan Tio untuk mundur sebagai karyawan dan secara resmi "mengumumkan" bahwa dirinya sudah memulai usaha sendiri.
Sebenarnya tidak sulit membuka usaha baru asal kita memiliki tekad yang kuat dan tentu saja ada tindakan lho. Ibarat kata, niat saja tanpa disertai dengan tindakan nyata apa gunanya. Disinilah peran penting saya sebagai partner sharing Tio karena kerjaan saya yang selalu mengkritik dia. Hehehe... Tentu saja kritik membangun lho, bukan kritik menjatuhkan. Saya sudah menganggap Tio seperti keponakan saya sendiri, #eh.. kok keponakan sih, maksud saya seperti adik sendiri sehingga saya harus membakar semangatnya agar dia segera merealisasikan cita-citanya menjadi seorang pengusaha muda.
Sering saya melihat Tio masih bermalas-malasan dalam merealisasikan mimpinya. Saya sering menegurnya agar segera menyiapkan segala sesuatu kalau dia ingin menjadi enterpreneur. Jangan hanya sebatas wacana. Tapi rupanya Tio masih senang dengan game di androidnya sehingga untuk melangkah pun dia masih berat. Tio sendiri mengakui bahwa dia masih malas melangkah dan terkadang bingung harus mulai dari mana. Saya tak jarang yang justru mengajak Tio untuk hunting beberapa supplier peralatan mandi untuk hotel. Tentu pada saat jam istirahat donk, karena saya tidak ingin dianggap korupsi waktu. Hehehe.
Akhirnya sebagai partner kerja saya tidak bisa memaksa Tio untuk mewujudkan mimpinya menjadi pengusaha. Yang saya hanya bisa beri adalah support secara terus menerus. Mengajaknya survey harga pun terasa percuma apabila dalam diri Tio masih ada rasa malas dan tidak percaya diri. Jadi untuk para pembaca budiman yang ingin memulai suatu usaha sampingan di luar pekerjaan utama, awalilah dengan niat dan jangan lupa segera bergerak. Niat saja tidak cukup tanpa kita lengkapi dengan gerak nyata.
Benar Mba. Dorongan terbesar itu dari dirinya sendiri. Seberapa pun kita membantu dan memberi dukungan, kalau orang yang bersangkutan merasa tak yakin ya sudah. Percuma saja.
BalasHapusiya mbak. Terima Kasih sudah mampir ke blog saya , mbak.
HapusSaya pernah ikut workshop tentang wirausaha, karena ngajar di smk. Narasumbernya kasih tips sukses yg intinya jangan takut gagal, konsistensi dan jangan bosan belajar. Jatuh y bangun lagi. Gagal ya coba lagi. Gitu katanya. Semangat mb
BalasHapusIya bener banget mba.. makasih ya.. Semangatt juga ya mbak
Hapus