Kalau dipikir-pikir, aku ini termasuk individu yang selalu terlambat dalam segala hal. Kata ibuku, waktu masih batita, aku terlambat berjalan dan bahkan terlambat berbicara. Padahal kata orang-orang biasanya batita yang mulai jalan dulu maka berbicaranya akan terlambat begitu pula sebaliknya. Namun tidak halnya dengan diriku.
Cerita Seorang Rana
Menginjak masa perkuliahan, akupun salah satu mahasiswa "terlambat" indeks prestasi. IPK ku saat lulus S1 dibawah tiga koma. Ya sudahlah, mau gimana lagi. Mungkin otakku tidak cukup menerima semua penjelasan dari dosen-dosenku.
Setelah lulus S1, aku terlambat lagi dalam mendapatkan keberuntungan bekerja. Hampir 70% teman kuliahku diterima bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Sisanya entah kemana, aku tidak tahu rimbanya. Aku hanya menjadi pegawai swasta tapi aku menerima dan mensyukuri rezeki dari Tuhan.
Untuk urusan jodohpun, lagi-lagi aku terlambat. Aku baru menikah di usia 30 tahun, usia yang tidak muda lagi. Hampir semua temanku menikah di usia 23 tahun. Paling tua menikah di usia 27 tahun. Lagi-lagi aku tetap bersyukur karena Tuhan masih memberiku jodoh.
Aku mengambil contoh dua orang yang sukses menjadi pemimpin dunia. Barrack Obama menjadi presiden Amerika Serikat pada usia 47 tahun, sedangkan Donald Trump menjadi presiden di usia 70 tahun.
Tidak ada yang salah dengan segala apa yang kita raih di dunia ini, mau itu diraih di usia muda ataupun di usia yang hampir senja. Tetapi kita harus tetap bersyukur apabila harapan kita untuk bisa sukses dapat terealisasi meski dalam usia yang tidak muda lagi.
So, teruntuk saudara-saudaraku yang sampai saat ini belum bersinar karirnya, belum mendapat jodoh dan rezekinya masih begini-begini saja jangan putus asa. Bisa jadi takdirmu melampaui orang-orang yang sukses mendahuluimu. 😊
Posting Komentar untuk "Cerita Seorang Anak Manusia : Rana"